HEPATITIS FULMINANT
Hati adalah organ istestinal terbesar
dengan berat antara 1,3-1,8 kg atau urang lebih 25% berat badan orang dewasa
dan merupakan pusat metabolisme tubuh dengan fungsi sangat kompleks. Hati
mengatur proses metabolisme tubuh, pada proses anabolisme atau sintesis protein,
pembentukan glukosa serta proses katabolisme yaitu melakukan bahan-bahan seperti amonia, berbagai jenis
hormon, obat-obatan dan sebagainya. Selain itu hati juga berperan sebagai
penyimpan bahan-bahan seperti glikogen dan vitamin serta memelihara keseimbangan aliran darah
splanknikus. Adanya kerusakan hati akan mengganggu funsi-fungsi tersebut. Beberapa
hal yang dapat mngganggu fungsi hati dan menyebabkan kerusakan anatara lain
infeksi virus, obat-obat hepatotoksik, alkohol, gangguan metabolik sistemik,
dan keganasan. Gagguan dan kerusakan hati berjalan perlahan dan minimal, secara klinis sakit ringan hingga
berjalan progresif, namun ada pula yang berlangsung cepat dan akut yang disebut
hepatitis fulminant.
|
Fungsi Hati
| |
|
Metabolisme
|
Karbonhidrat
Apolipoprotein
Asam lemak
Asam Amino transaminasi dan deaminasi
Simpanan vitamin larut dalam lemak
|
|
Sintesis
|
Albumin
Faktor pembekuan
Komplemen C3 dan C4
Ferritin dan Transferin
Protein C reaktif
Haptoglobin
α 1-antitripsin
α-fetoprotein
α2- makroglobulin
seruloplsmin
|
|
Ekskresi
|
Sintesis empedu
Metabolit obat
|
|
Endokrin
|
Sintesis 25-hidroksilase vitamin D
|
|
Immunologi
|
Perkembangan limfosit B fetus
Pembuangan kompleks imun sirkulasi
Pembuangan limfosit T CD8 teraktivasi
Fogositosis dan presentasi antigen
Produksi lipopolysaccaride-binding protein
Penglepasan sitokin, seperti TNFα, interferon
Transpor immunoglobulin A
|
|
Lain-lain
|
Kemampuan untuk regenerasi sel-sel hati
Pengaturan angiogenesis
|
DEFINISI
Sindrom klinis yang berkembang cepat
akibat kerusakan sel hepar atau kerusakan fungsi hepar, tanpa riwayat penyakit
hepar sebelumnya. Kerusakan hepar yang berlangsung massif dengan onset selama
delapan minggu.
ETIOLOGI
Disebabkan oleh infeksi virus akut (40%) yaitu virus hepatitis A, B, C, D
dan E. Di Indonesia berdasarkan pada yang berasal dari rumah sakit, hepatitis A
masih merupakan penyebab hepatitis akut (39,8-68,3%), kemudian disusul oleh
hepatitis B. Selain virus hepatitis A dan B, perjalanan kerusakan hati biasanya
lambat. Penyebab hepatits fulminan yang lain adalah paracetamol (keracunan asetaminophen),
agen anestesi halothan, dan obat lainya (rifampisin, MAO inhibitor, valproat,
cotrimoxsazole, phenytoin). Meskipun jarang bisa juga disebabkan oleh weil’s
disease, accute fatty liver oleh karena kehamilan, akut Budd-Chiari dan Wilson
disease.
PATOGFISIOLOGI
Hepatitis fulminant oleh karena virus
mungkin disebabkan oleh faktor imunitas tubuh : pada hepatitis fulminan, respon
Ab humoral terikat, secara signifikan lebih cepat dibanding klirens HbsAg pada
pasien hepatitis fulminant dibandingkan dengan hepatitis berat tanpa komlikasi.
Anti-HBs Ab ditemukan 40% pada pasien hepatitis fulminant dimana hal ini jarang
sekali ditemui pada pasien hepatitis yang tanpa komlikasi. Tidak ada perbedaan HBV
DNA polymerase sepesifik pada kedua kelompok pasien. Hepatitis oleh karena
halothane juga diperantarai oleh imun. Paracetamol menyebabkan nekrosis hepar
oleh produk metabolisme paracetamol yang terikat pada protein dan melalui jalur
metabolisme interseluler.
Nekrosis hepar menyebabkan gangguan
fungsi metabolit, sehingga zat-zat
seperti amonia, asam lemak bebas, merkaptans, phenols, asam empedu dan asam
aromatik menimbulkan ensefalopati hepatik melalui beberapa mekanisme yang
berbeda. Ensefalopati hepatik disebabkan lagsung karena kerusakan sel yang
ditimbulkan oleh zat-zat yang menumpuk, kekacauan metabolisme, konversi
neurotransmiter yang salah, permeabilitas sawar darah otak yang meningkat
menyebabkan zat-zat toksi hasil metabolit dapat melewatinya, menimbulkan edema
otak. Zat utama yang menimbulkan kerusakan adalah amonia, kemungkinan zat lain
adalah benzodiazepine agonis dan GABA.
MANIFESTASI
KLINIS
Penyakit ini bisa berawal dari
hepatitis akut ikterik dengan keluhan prodormal. Gambaran hepatitis akut
bervariasi mulai dari infeksi asimptomatik tanpa kuning sampai yang sangat
berat yaitu hepatitis fulminan dengan ensefalopati hepatik dan oedema otak
deperti gejala muntah berulang, fetoer hepatik, bingung, mengantuk, flaping
tremor secara sepintas, peningkatan suhu, delirium dan ditemukan tanda-tanda
perdarahan yang luas. Pada pemeriksaan fisik hepar bisa mengecil, atau membesar
pada awal penyakit. Perjalanan penyakit pada penyakit hepar yang fulminan
trjadi :
·
Hyperakut : ensefalopati terjadi setelah 7 hari
terjadi ikterik, resiko edema serebral sangat tinggi
·
Akut : dari ikterik sampai terjadi ensefslopati
selama 8-28 hari, resiko edema serebral tinggi
·
Subakut : dari ikterik sampai terjadi
ensefalopati 5-26 minggu, resiko edema serebral paling rendah.
Edema otak biasanya terjadi dan
merupakan penyebab utama kematian, tetapi kadang sulit menentukannya. Edema
serebri berhubungan dengan keakutan penyakit. Papilloedema jarang ada, dan
bradikardia dengan pireksia dan hipertensi sering terjadi pada hepatitis
fulminan. Pupil perlu diperiksa setiap 10 menit untuk memantau edema serebri.
DIAGNOSIS
Pasien
dengan ikterik diagnosisnya biasanya jelas, pemeriksaan protombine time (PT or
INR) diperlukan apabila penyakit dasarnya-nya tidak jelas. AST dan ALT
meningkat >40x normal, pemeriksaan elektrolit dan Asidosis metabolik serta
pemeriksaan urem kreatinin ginjal, untuk mengetahui asidosis metabolik, dan
penyebab hepatitis intoksikasi paracetamol. Pemeriksaan amonia diperlukan untuk
menentukan resiko edema serebral. Abnormalitas ekanisme haemostasis diantaranya
trombositopenia, multipel defisiensi faktor pembekuan yang diproduksi hati.
Kegagalan haemostasis bisa menyebabkan DIC. Kadar glukosa berfluktuasi,
hipoglikemia biasa terjadi karena insulin yang beredar meningkat, kegagalan
glukoneogenesis, dan kegagalan mobilisasi glikogen hati.
Pemeriksaan
EKG didapatkan multipel Ves, blok jantung dan bradikardi sering dijumpai.
Pemeriksaaan terhadap serologi virus hepatitis diantaranya : HAV IgM,
HbcAb(IgM) sensitivitas tinggi pada infeksi akut, positif pada hari pertama
onset sampai 3-6 bulan.
Koma
hepatik merupakan suatu sindrom neuropsikiatri yang dapat dijumpai pada
hepatitis fulminan. Tingkat derajat koma hepatik tampak pada tabel di bawah :
| |||||||||||||||||||||
MANAGEMENT
Pasien hepatitis fulminan harus dimanitor gejala
ensefalopati. Upaya yang dilakukan pada penatalaksanaan pada ensefalopati
hepatik adalah dengan mencegah/mengurangi pembentukan influks toksin-toksin
nitrogen ke jaringan otak antara lain dengan cara mengurangi asupan makanan
yang mengandung protein, menggunakan Laktulosa dan antibiotika bertujuan untuk
mengurangi koloni bakteri yang produksi amonia, membersihakan saluran cerna
bagian bawah. Upaya suportif dengan memberikan kalori cukup serta mengatasi
komplikasi yang mungkin ditemui seperti hipoglikemia, perdarahan saliran cerna
dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Pada
koma hepatik tatlaksana secara umum adalah memperbaiki oksigenasi jaringan,
pemberian vitamin terutama golongan vitamin B, memperbaiki keseimbangan
elektrolit dan cairan, serta menjaga agar jangan terjadi dehidrasi. Pemberian
makanan berasal dari protein dikurangi atau dihentikan sementara, dan dapat
diberikan kembali setelahterdapatperbaikan. Pemberian protein dapat
ditingkatkan secara bertahap, misal dari 10 gram menjadi 20 gram sehari selama
3-5 hari disesuaikan dengan respon klinis, dan bila keadaan telah stabil dapat
diberikan protein 40-60 garam sehari. Sumber protein terutama dari campuran
asam amino rantai cabang. Tujuan pemberian asam amino rantai cabang ini adalah
: 1. Untuk mendapatkan energi yang dibutuhkan tanpa memperberat fungsi hati 2.
Pemberian asam amino rantai cabang akan mengurangi asam amino aromatik dalam
darah 3. Asam amino rantai cabang akan memperbaiki sintesis katekolamin pada
jarinagan perifer 4. Pemberian asam amino rantai cabang dengan dekstrosa
hipertonik akan mengurangi hiperaminosidemia.
Pemberian laktulosa
secara oral dengan dosis 60-120 ml perhari untuk merangsang defekasi. Laktulosa
merupakan disakarida sintetis yang tidak diabsorbsi oleh usus halus, tapi
dihidrolisis oleh bakteri usus besar, sehingga lingkungan dengan pH asam yang
akan menghamabat penyerapan amoniak. Selain itu frekuensi defekasi bertambah
sehingga memperpendek waktu transit protein usus. Penggunaan laktulosa bersama
antibiotika yang tidak diserap usus seperti neomisin, akan memberikan hasil
yang lebih baik. Neomisin diberikan 2-4 gram perhari baik secara oral atau
secara enema, walaupun pemberian oral lebih baik kecuali terdapat tanda-tanda
ileus. Metronidazole 4x250 mg perhari merupakan alternatif. Upaya membersihakan
saluran cerna bagian bawah dilakukan terutama kalau terjadi perdarahan saluran
cerna (hematemesis/melena) agar darah sebagai sumber toksin nitrogen segera
dikeluarkan
